Beranda | Artikel
Taawudz Dan Basmalah Ketika Baca Ayat Al-Quran
Rabu, 25 Mei 2016

TA’AWUDZ DAN BASMALAH KETIKA BACA AYAT AL-QUR’AN

Pertanyaan.
Assalâmu’alaikum. Ustadz, saat menyampaikan ayat di dalam ceramah atau khutbah didahului dengan ta’awudz terus basmalah atau cukup ta’awudz saja? Syukran jawabannya.

Jawaban.
Jika membaca dari awal surat, maka memulai dengan ta’awudz dan basmalah.

Adapun bacaan ta’awudz berdasarkan perintah Allah Azza wa Jalla :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Apabila kamu membaca al-Qur`ân hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. [an-Nahl/16:98]

Sedangkan bacaan basmalah adalah sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana berikut:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ ثُمَّ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ فَقُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي فَيَقُولُ مَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ

Dari Anas (bin Mâlik), dia berkata: “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah kami (di dalam riwayat lain ada tambahan: di dalam masjid), beliau tidur sebentar lalu mengangkat kepalanya dengan keadaan tersenyum. Maka kami bertanya: “Apa yang telah menjadikanmu tersenyum wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?”. Beliau menjawab: “Baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat”. Lalu berlau membaca:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ

Kemudian beliau bertanya: “Tahukah kamu, apakah al-Kautsar itu?”. Kami menjawab: “Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya lebih mengetahui”.  Beliau bersabda: “Itu adalah sebuah sungai yang Rabbku Azza wa Jalla menjanjikannya kepadaku. Padanya terdapat kebaikan yang banyak. Itu juga merupakan telaga yang akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat. Wadah minumnya sebanyak bilangan bintang-bintang. Kemudian seorang hamba di antara mereka akan ditarik, maka akan akan berkata: “Wahai Rabbku, dia adalah umatku”. Allah Azza wa Jalla menjawab: :”Engkau tidak mengetahui perkara baru yang dibuat oleh umatmu setelahmu”. [HR. Muslim, no. 400]

Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Sepantasnya pembaca al-Qur’ân selalu membaca bismillâhir rahmânir rahîm pada awal setiap surat kecuali surat Barâ’ah (at-Taubah), karena mayoritas Ulama berpendapat bahwa basmalah itu merupakan satu ayat”. [1]
Namun jika tidak dari awal surat, maka cukup ta’awwudz saja. Di dalam ceramah atau khutbah, ta’awudz cukup sekali pada pembacaan ayat yang pertama. Karena ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat-ayat al-Qur’ân di khutbah-khutbahnya, beliau langsung membaca ayatnya, tanpa ta’awudz dan basmalah. Contohnya adalah hadits sebagai berikut:

عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَعْلَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ عَلَى الْمِنْبَرِ وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ

Dari Shafwan bin Ya’la, dari bapaknya, dia berkata: “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca (ayat) di atas mimbar: “Mereka berseru: “Hai Malik, biarlah rabbmu membunuh kami saja”. [az-Zukhruf/43: 77][2]
Dan membaca ta’awudz itu hukumnya sunnah, Imam Nawawi t berkata: “Kemudian sesungguhnya ta’awudz itu hukumnya mustahab (disukai), tidak wajib, dan itu mustahab untuk setiap pembaca al-Qur’ân, baik di dalam shalat atau diluarnya”.[3]
Dari keterangan ini kita mengetahui, jika seseorang berkhutbah atau berceramah, lalu dia membaca ayat al-Qur’ân dengan tanpa membaca basmalah atau ta’awudz, maka dia tidak diingkari, karena tidak meninggalkan sesuatu yang wajib.

Wallâhu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XIII/1430H/2009M . Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
________
Footnote
[1]   At-Tibyân fî Adâbi Hamalatil Qur’ân, hlm. 86; karya Imam Nawawi; tahqîq Abu `Abdillâh Ahmad bin Ibrâhîm al-‘Ainain; penerbit Maktabah Ibni ‘Abbâs.
[2]  HR. Bukhâri, no. 4819; Muslim, no. 871.
[3] At-Tibyân fî Adâbi Hamalatil Qur’ân, hlm. 85


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/4955-taawudz-dan-basmalah-ketika-baca-ayat-alquran.html